Hibiscus tiliaceus
L.
Malvaceae
Nama : Waru.
Deskripsi : Perdu, kadang-kadang berupa pohon, tinggi berkisar 4−10 m, diameter batang dapat mencapai 60 cm. Kulit batang putih keabu-abuan atau kecoklatan muda. Daun penumpu ada, foliaceous, menjorong, trikoma berbentuk bintang, ujungnya membundar, lekas luruh. Daun tunggal, menjangat, berseling; tangkai daun panjang; helai daun membundar telur-melebar atau mendekati membundar; pangkal daun menjantung, ujung daun melancip; tepi daun mengutuh atau beringgitan samar-samar; permukaan atas daun berambut balig halus, berbentuk bintang, jarang; permukaan bawah daun berambut balig halus, berbentuk bintang, padat, putih keabu-abuan; daun tua hijau, pucuk muda merah marun terang. Perbungaan tunggal atau beberapa bunga seperti tandan, terminal atau aksiler. Bunga biseksual, sepasang daun gantilan mirip daun penumpu pada bagian bawah dasar bunga, kelopak tambahan bercuping 7−10, menyatu pada ½ bagiannya ke dasar bunga, berambut balig halus, berbentuk bintang, padat, putih keabu-abuan. Kelopak bercuping 5, melanset, berambut balig halus, berbentuk bintang, berkanjang. Mahkota kuning dengan ungu gelap di bagian tengahnya, berbentuk lonceng, daun mahkota membundar telur sungsang, permukaan bawahnya berambut balig halus, berbentuk bintang, kekuningan. Tangkai sari gundul. Kepala sari bercabang 5, langsing dengan rambut-rambut kelenjar. Buah kapsul, semi-bulat sampai bulat telur, beruang-5, berbelah ketika masak, coklat tua, berkayu. Biji mengginjal, banyak, halus dan gundul.
Ekologi : Persebaran alami dari wilayah Tropis sampai Subtropis, termasuk di Indonesia (Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku, dan Papua). Pada umumnya tumbuh pada ekosistem hutan dataran rendah seperti hutan riparian, hutan pantai, ekosistem hutan estuari, hutan rawa (rawa-gambut). Tumbuh alami di lahan basah Mesangat-Suwi.
Kegunaan : Secara etnobotani kulit batang digunakan sebagai bahan tali. Referensi: Tang et al., 2007.