Dillenia excelsa
(Jack) Martelli ex Gilg.
Dilleniaceae
Nama : Simpur (Indonesia)/Kendikara (Kutai).
Deskripsi : Pohon, tinggi mencapai 40 m, diameter batang dapat mencapai 75 cm. Kulit batang keabu-abuan pucat hingga kecoklatan. Tangkai daun ca. 2-5 cm. Daun tunggal, menjangat; jorong sampai melonjong; ujung daun membundar sampai meruncing, terkadang sedikit melancip di bagian ujungnya, meruncing, biasanya pangkal daun bentuknya tidak sama, dan tepi daun sedikit mengombak, mengutuh atau bergigi; pertulangan 10-13 pasang. Perbungaan dalam tandan sederhana atau bersusun, tersusun hingga 12 kuntum bunga, terkadang perbungaan berkumpul pada ujung cabang dan terlihat seperti banyak kuntum bunga. Bunga biseksual, tangkai bunga menebal di dekat dasar bunga. Daun kelopak 5, menjorong hingga membundar telur, gundul atau sedikit menggimbal padat di bagian terluar. Mahkota bunga kuning terang. Benang sari dalam 2 kelompok berbeda, bagian terluar, 10−11 mm, sejajar dengan kuncup, bagian dalam terdiri atas ± 30 benang sari. Daun buah 2−5, biasanya 5−6, bercorak jambon, beberapa dengan 20−25 bakal biji. Buah berbengang. Daun buah hijau kekuningan di bagian luar, keputihan di bagian dalam, berbiji 1−3. Biji bulat telur, coklat tua, salut biji menyelaput, merah.
Ekologi : Persebaran alami dari wilayah Semenanjung Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Filipina. Di Kalimantan Timur: Kehala, Muara Wis, Semayang, Busang. Tumbuh pada hutan primer, hutan sekunder, dan hutan regenerasi. Banyak ditemukan pada hutan riparian, dan rawa tergenang hingga rawa banjiran.
Kegunaan : Kulit batang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Referensi: Whitmore, 1983.